Monday, July 30, 2007

SEJARAH KABUPATEN BERAU

Kabupaten Berau berasal dan Kerajaan Berau yang didirikan sekitar abad XIV. Menurut Legenda sejarah Berau Raja pertama yang pemerintah adalah bernama Baddit Dippatung dengan gelar Aji Raden Surya Nata Kesuma dan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pernerintahan kerajaan pada awalnya berkedudukan di Sungai Lati, sekarang menjadi lokasi per­tambangan Batu Bara PT. Berau Coal, Aji Raden Surya Nata Kesuma pada masa pemerintahannya dan tahun 1400 - 1432 menjalankan dengan adil dan bijaksana sehingga kesejah­teraan rakyatnya meningkat dan se­lain dan pada itu dia berhasil me­nyatukan wilayah pemukiman yang disebut Masyarakat Berau adalah “BANUA” yaitu Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut, dan Banua Rantau Sewakung. Kedudukannya sangat berpengaruh disamping kewibawa­annya menjadikan dia disegani oleh lawan maupun oleh kawan, untuk mengenang jasa raja Berau yang per­tama ini Pemerintah telah mengabdi­kannya sebagai nama Korem 091 Aji Surya Nata Kesuma yang berkedu­dukan di Samarinda salah satu Ko­mando Rayon Militer Kodam VI/TPR.

Setelah beliau wafat pemerintahan Kerajaan Berau dilanjutkan oleh putranya dan selanjutnya secara turun temurun keturunannya meme­rintah sampai pada sekitar abad ke XVII. Kemudian awal sekitar abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki Kerajaan Berau dengan berkedok sebagao pedagang (VOC) namun kemudian kegiatan dilakukan dengan politi “Devide Et Empera”. Kelicikan Belanda berhasil memecah belah Kerajaan Berau, sehingga kera­jaan terpecah menjadi 2 Kesultanan yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur. Pada saat bersamaan masuk pula ajaran agama Islam ke Berau yang dibawa oleh Imam Sambuayan dengan pusat pe­nyebarannya disekitar Sukan (Desa Sukan). Sultan pertama di Kesultan­an Sambaliung adalah Raja Alam yang bergelar Alimuddin (1800 adalah 1852). RajaAlam terkenal pimpinan yang gigih menentang penjajah Belanda. Raja Alam pernah ditawan dan diasingkan ke Makassar (Ujung Pandang). Untuk mengenang jiwa Patriot Raja Alam namanya diabadi­kan menjadi Batalion 613 RajaAlam yang berkedudukan di Kotamadya Tarakan. Kemudian sebagai Sultan terakhir di Kesultanan Sambaliung adalah Sultan Muhammad Ami­nuddin (1902 - 1959). Sedangkan Kesultanan Gunung Tabur sebagai Sultan per­tamanya adalah Sultan Muhammad Zainal Abidin (1800- 1833), keturunannya meneruskan pemerintahan hingga ke­pada Sultan Achmad maulana Chalifatullah Djalaluddin (wafat 15 April 1951) dan Sultan terakhir adalah Aji Rden Muhammad Ayub (1951 - 1960), kemudian wilayah Kesultanan menjadi bagian dan Kabupaten Berau.

Sultan Muhammad Amminuddin menjadi Kepala Daerah Istimewa Berau, beliau memerintah sampai dengan adanya peraturan peralihan dan Daerah Istimewa menjadi Ka­bupaten Dati I I Berau, yaitu Undang­-undang Darurat tahun 1953, dimana tanggal pelaksanaan Undang-undang tersebut dijadikan sebagai Hari jadi Kabupaten Dati I I Berau. Kemudian dengan diterbitkannya Undang­undang No. 27 tahun 1959 Daerah Istimewa Berau berubah menjadi Kabupaten Dati II Berau dan sebagai Bupati Kepala Daerah Tk. II yang pertama adalah Sultan Aji Raden Muhammad Ayub (1960 - 1964) dan sebagai Ibukotanya adalah Tanjung Redeb. Penetapan Kota Tanjung Re­deb sebagai pusat pemerintahan Dati I I Kabupaten Berau adalah sebagai mengenang pemerintahan Kerajaan (Kesultanan) di Berau, pada tahun 1810 Sultan Alirnuddin (Raja Alam) memindahkan pusat pemerintahan­nya ke Kampung Gayam yang seka­rang kita kenal dengan nama Karn­pung Bugis dimana perpindahan ke Kampung Bugis itu adalah menjadi cikal bakal Kota Tanjung Redeb. Peris­tiwa perpindahan itu terjadi pada tanggal 15 September tahun 1810 maka tanggal tersebut dibadikan sebagai Hari jadi Kota Tanjung Redeb sebagaimana telah ditetapkan dalam Perda No 03 tanggal 2 April 1992

SELAMAT HARI JADI KABUPATEN BERAU YANG KE - 54
SELAMAT HARI JADI KOTA TANJUNG REDEB YANG KE - 197

1 comment:

Anonymous said...

I truly believe that we have reached the point where technology has become one with our world, and I think it is safe to say that we have passed the point of no return in our relationship with technology.


I don't mean this in a bad way, of course! Ethical concerns aside... I just hope that as memory becomes cheaper, the possibility of downloading our memories onto a digital medium becomes a true reality. It's a fantasy that I daydream about every once in a while.


(Posted on Nintendo DS running [url=http://kwstar88.livejournal.com/491.html]R4i SDHC[/url] DS SerVo)